Minyak yang
terdapat di alam dibagi menjadi 3 golongan yaitu minyak mineral (mineral
oil), minyak nabati dan hewani yang dapat dimakan (edible fat) dan
minyak atsiri (essential oil). Minyak atsiri adalah zat cair yang mudah
menguap, bercampur dengan persenyawaan padat yang berbeda dalam hal
komposisi dan titik cairnya, larut dalam pelarut organik dan tidak larut
dalam air (Sumitra, 2003).
Minyak atsiri merupakan salah satu sisa proses metabolisme dalam
tanaman, yang terbentuk karena reaksi antara berbagai persenyawaan kimia
dengan adanya air. Minyak atsiri juga dikenal dengan nama minyak
terbang yang dihasilkan dari tanaman. Minyak atsiri dapat bersumber dari
setiap bagian tanaman, yaitu dari daun, bunga, buah, biji, batang atau
kulit dan akar (Ketaren, 1985). Minyak atsiri mempunyai peran yang
penting dalam bidang niaga sebagai cita rasa dan bau makanan, kosmetik,
parfum, antiseptik, insektisida, obat-obatan dan sebagainya (Robinson,
1991). Minyak atsiri digunakan untuk kegunaan terapi (therapeutic
action), flavoring/perasa (minyak lemon), parfum ( minyak mawar/rose),
atau starting material untuk sintesis
senyawa tertentu (minyak terpentin). Untuk tujuan terapi minyak atsiri diberikan perinhalasi (misal eukaliptus), oral (minyak pepermint), penyegar dan pencuci mulut (thymol) dan transdermal (banyak macam termasuk lavendar, rosmery, dan bergamot dan digunakan pada praktek aromaterapi).
senyawa tertentu (minyak terpentin). Untuk tujuan terapi minyak atsiri diberikan perinhalasi (misal eukaliptus), oral (minyak pepermint), penyegar dan pencuci mulut (thymol) dan transdermal (banyak macam termasuk lavendar, rosmery, dan bergamot dan digunakan pada praktek aromaterapi).
Minyak atsiri pada umumnya diektraksi dengan 4 macam, yaitu metode
penyulingan, pressing, ekstraksi dengan pelarut menguap dan ekstraksi
dengan lemak padat. Untuk minyak atsiri yang berasal dari daun, akar dan
kulit batang baik diekstraksi dengan cara penyulingan (distillation).
Metode penyulingan dapat dilakukan dengan tiga sistem penyulingan yaitu
dengan penyulingan air (water distillation), penyulingan dengan air dan
uap (water and steam distillation) dan penyulingan dengan uap (Sumitra,
2003).
Sifat-sifat minyak atsiri
Sifat-sifat minyak atsiri menurut Harbone (1996) adalah sebagai
berikut: berbau harum atau wangi sesuai dengan aroma tanaman yang
menghasilkannya, mempunyai rasa getir, pahit, atau pedas, berupa cairan
yang berwarna kuning, kemerahan dan ada yang tidak berwarna, tidak dapat
larut dalam air dan dapat disuling uap, minyak atsiri tersusun dari
monoterpenoid yang mempunyai titik didih sama dengan 140-180 oC dan
seskuiterpenoid yang mempunyai titik didih > 200o C, larut dalam
pelarut organic, beberapa mempunyai struktur siklik serta mempunyai satu
gugus fungsi atau lebih (hidroksil, karbonil dan lain-lain).
Komposisi kimia minyak atsiri secara umum
Minyak atsiri umumnya
terjadi dari berbagai campuran persenyawaan kimia yang terbentuk dari
unsur karbon (C), hidrogen (H) dan oksigen (O) serta beberapa
persenyawaan kimia yang mengandung unsur Nitrogen dan Belerang (Ketaren,
1985). Komponen utama minyak atsiri adalah terpena dan turunan terpena
yang mengandung atom oksigen. Terpenoid merupakan senyawa yang berada
pada jumlah cukup besar pada tanaman. Terpenoid yang terkandung dalam
minyak atsiri menimbulkan bau harum atau bau khas dari tanaman. Secara
kimia, terpena minyak atsiri digolongkan menjadi dua bagian yaitu
monoterpenoid dan seskuiterpenoid. Beberapa contoh monoterpenoid antara
lain geraniol, limonena, kamfor, mentol dan lain-lain. Yang termasuk
seskuiterpenoid antara lain kariofilen dan santonin.
Secara ekonomi senyawa terpena tersebut penting sebagai dasar
wewangian alam dan juga untuk remph-rempah serta sebagai senyawa cita
rasa dalam industri makanan. Terpena juga sering kali terdapat dalam
fraksi yang berbau, bersama-sama dengan senyawa aromatik seperti
finilpropanoid. Selain terpena, minyak atsiri juga banyak mengandung
senyawa turunan benzena seperti Eugenol, Kumarin, Sinamaldehid dan
lain-lain.
Kegunaan minyak atsiri
Banyak terpena yang berbau
harum dan dengan demikian sering kali dapat dikenali langsung dalam
sulingan tumbuhan bila terdapat sebagai kandungan utama. Kegunaan minyak
atsiri sangat luas khususnya dalam berbagai bidang industri, contohnya
antara lain dalam industri kosmetik, industri makanan, industri farmasi
atau obat-obatan (antinyeri, antiinfeksi, pembunuh bakteri, dan
digunakan juga sebagai insektisida (Luthony dan Rahmawati, 1994).
Dalam tanaman, minyak atsiri mempunyai 3 fungsi yaitu membantu
proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis serangga atau hewan,
mencegah kerusakan tanaman oleh serangga dan sebagai cadangan makanan
dalam tanaman (Ketaren, 1985).
Sumber:
Harbone, J. B., 1996, Metode Fitokimia Cara Modern Menganalisis Tumbuhan, ITB, Bandung.
Ketaren, S., 1985, Pengantar Teknologi Minyak Atsiri, Balai Pustaka, Jakarta.
Luthony, T., dan Rahmawati, Y., 1994, Produksi Dan Perdagangan Minyak Atsiri, Penebar Swadaya, Jakarta.
Robinson, T., 1991, Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi, ITB, Bandung.
Sumitra, O., 2003, Memproduksi Minyak Atsiri Biji Pala, Bagian Pengembangan Kurikulum Dirjend Dikdasmen Depdiknas RI, Jakarta